18.5.18

Recording Journal #1


Setelah persiapan pengumpulan materi lagu dengan formasi (lagi-lagi) berbeda dari rilisan sebelumnya, Mei 2018 kemarin akhirnya proses studio jalan juga. Kali ini saya sendiri (Ryan Ka) yang akan memproduseri rilisan selanjutnya. Meski sempat saya tertarik untuk menggarap album solo yang materinya telah siap sejak setahun belakangan, namun agaknya hasrat untuk menggarap materi-materi berbasis Mooikite memenangkan pertandingan dalam hati dan pikiran saya.


Didasari oleh keinginan untuk menggarap secara penuh materi-materi yang ada, saya memutuskan untuk menggarap materi rilisan selanjutnya ini langsung dari dapur sendiri. Bukan karena meragukan kemampuan sound engineer yang ada, namun memang saya berkeinginan untuk menggarap materi ini lebih pelan dari biasanya. Saya terus terang menghindari rasa tidak nyaman saat harus diburu waktu dalam studio sewaan saat latian maupun proses rekaman. Hal ini menyebabkan adanya sedikit ketidakpuasan pada album-album sebelumnya.

Yak, kali ini Mooikite akan menggarap album/rilisan berikutnya di studio pribadi saya (Ryan Ka), tepatnya di Lantai Dua Studio, tempat saya mengembangkan beberapa rintisan yayasan hingga pergerakan kecil dalam dunia Do-It-Yourself. Bermodalkan peralatan yang sederhana namun cukup mewah dibandingkan kondisi saya pada awal merintis Mooikite.

Ada hal yang cukup signifikan saya rasakan sejauh proses penggarapan materi-materi baru ini. Yang pertama tentu saja kebebasan tanpa waktu terbatas bayaran shift. Hal ini membuat saya lebih bisa mengotak-atik setiap saat tanpa menunggu jadwal yang ditentukan oleh pegawai studio. Meski saya sebagai produser mempunyai target tersendiri tentang waktu penyelesaiannya, namun sangat terasa bedanya ketika harus menyewa studio dan tidak.

Mungkin memang secara equipment yang tersedia tidak sebaik kualitas studio profesional (yang anggarannya sebenernya bisa digunakan untuk membeli equipment yang dibutuhkan dalam rekaman (sederhana)), tapi hari ini kita sudah hidup di era digital di mana kemudahan eksplorasi teknologi sudah sangat luas. Saya mencoba untuk memanfaatkannya, meski pada awalnya sedikit sulit untuk menyesuaikan nuansa 60% analog-40% digital ke sebaliknya. Intinya sih, saya merasa terpicu untuk menghasilkan karya-karya tanpa memikirkan paham "nanti kalo uda punya ampli [branded] sendiri, punya ini-itu sendiri, aku bakal bikin karya yang lebih yahud." Enough to that shitty mindset. Ga kelar-kelar dan tak bakal ada karya yang akhirnya keluar dengan pemikiran seperti itu. Intinya, apa yang saya punya sekarang, saya akan memaksimalkannya sejauh mungkin sampai batas-batas yang saya sendiri juga belum mengetahuinya.

Nah, sejauh ini memang sudah dua lagu yang telah terekam dan mengalami beberapa kali take gitar, vokal, mixing trial, mastering trial, sound trial, dan sebagainya. Hal yang sangat tidak mungkin saya lakukan dalam waktu sesingkat ini dengan budget yang tak banyak-dengan menyewa studio.

Yah, keadaan saya secara finansial memang saat ini tidak sebaik saat album Strange Invitation atau single Shallow. Namun saya bertekad untuk tidak kalah dengan itu. Berkarya itu adalah tentang kerendahan hati dalam situasi yang berlangsung. Saya pikir, semua parakarya mengalaminya. Dan saya hanya satu banding berjuta-juta parakarya yang tersebar di Bumi Nusantara.

Nah, karena sudah memasuki Bulan Ramadhan, saya ucapkan selamat berpuasa ya. Semoga ibadahnya lancar dan terus dapat berkarya di bidang masing-masing. Sampai jumpa di jurnal atau tulisan selanjutnya. With love, always, for all of you~

- Ryan Ka -